Senin, 03 Mei 2010

modul kimia analitik II

Argentometri

Argentometri adalah titrasi menggunakan larutan standar Ag+ (perak nitrat).
Dasarnya adalah reaksi pengendapan.
Contoh:
Cl- + Ag+ → AgCl(s)

Aturan kelarutan garam (umum)
1. nitrat, asetat → semua larut
2. klorida, bromida, iodida → larut, kecuali AgX, PbX2, dan Hg2X2
3. sulfat, larut kecuali PbSO4, BaSO4 dan HgSO4, sedangkan CaSO4 dan Ag2SO4 larut sebagian
4. karbonat, fosfat dan arsenat, tidak larut kecuali garam logam IA dan amonium
5. Sulfida, tidak larut, kecuali garam logam IA, IIA dan amonium

Ksp adalah hasil kali konsentrasi masing-masing mol dari ion-ion zat terlarut, masing-masing diberi pangkat dengan koefisiennya

Penulisan Ksp
Tulis reaksi pengionan garam
Masukkan hasil kali konsentrasi ion kedalam K, masing-masing berpangkat koefisiennya
PbI2 ⇆ Pb+2 + 2I-1
Menentukan kelarutan dari nilai Ksp
Diketahui: Ksp MgF2 adalah 6,4 x 10–9 pada 25 oC
Tentukan: kelarutan MgF2 dalam mol/L dan dalam g/L
MgF2(s) ⇆ Mg2+ + 2F– Ksp = [Mg2+][F–]2
Awal N/A 0 0
Berobah N/A +x +2x
Akhir N/A +x +2x

Ksp= [x][2x]2 = 4x3
6.4 x 10–9 = 4x3

Metoda Mohr
Titik akhir adalah pembentukan endapan bewarna Ag2CrO4 menggunakan indikator K2CrO4. Ini terjadi karena kelarutan Ag2CrO4 lebih tinggi dari kelarutan AgCl, hingga endapan Ag2CrO4 baru terbentuk setelah Cl- praktis habis.
Reaksi titrasi:
Cl- + Ag+ → AgCl(s) putih
Reaksi indikator:
Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4(s) merah bata
pH titrasi harus berada antara 7 – 10.
Pada pH dibawah 7, ion kromat akan berubah menjadi asam kromat.
Pada pH diatas 10, AgNO3 akan bereaksi dengan hidroksida.

Metoda Fajans
Dikembangkan oleh K. Fajans, orang Polandia, tahun 1926. Indikator digunakan adalah fluoresein yang pada titik akhir membentuk Ag-fluoreseinat teradsorbsi pada permukaan endapan AgCl membentuk warna merah.
-Endapan Ag-fluoroseinat tidak terbentuk karena kelarutannya besar.
-Keuntungan,
Titrasi cepat, teliti.

Metoda Volhard

Metoda Volhard adalah titrasi ion Ag+ dengan ion SCN- menggunakan indikator Fe3+ yang membentuk kompleks bewarna merah dengan SCN-
Ag+ + SCN- → AgSCN(s) endapan putih
SCN- + Fe3+ → Fe(SCN)2+ kompleks merah
Titrasi dilakukan dalam suasana asam untuk mencegah pembentukan besi hidroksida.
Penentuan ion halida dilakukan dengan cara titrasi kembali, dimana pada analit ditambahkan AgNO3 berlebih, dan kelebihan AgNO3 dititrasi kembali dengan standar SCN-.
Untuk klorida, endapan AgCl lebih mudah larut dibandingkan endapan AgSCN hingga AgCl dapat bereaksi dengan SCN-.
AgCl(s) + SCN- → AgSCN(s) + Cl-
Karena itu endapan AgCl harus dipisahkan dulu sebelum kelebihan Ag+ dititrasi dengan SCN- dengan penyaringan.

Kurva Titrasi

Kurva titrasi dibuat antara pAg versus volume AgNO3.
Contoh;
Hitung pAg selama titrasi 50,00 mL NaCl 0,0500 M dengan AgNO3 0,1000 M setelah penambahan (a) 0,00 mL, (b) 24,50 mL, 25,00 mL dan 25,50 mL larutan AgNO3. Ksp AgCl = 1,82 x 10-10

Sebelum dititrasi
Karena AgNO3 belum ada ditambahkan, [Ag+] = 0, maka pAg tidak bisa ditentukan.
(b) Sebelum titik ekivalen
Semua Ag+ hampir habis bereaksi, hingga konsentrasinya sangat kecil, maka sulit dihitung. Karena itu cara lain adalah dengan menghitung [Cl-] sisa dan [Ag+] dihitung dari Ksp.
[Ag+] = ksp / [Cl-]
Setelah penambahan 24,50 mL AgNO3,
[Cl-] = (mmol Cl-awal – mmol AgNO3)/vol total
= (50,00 x 0,0500 – 24,50 x 0,1000)/50,00 + 24,50
= 6,71 x 10-4
[Ag+] = 1,82 x 10-10/6,71 x 10-4 = 2,71 x 10-7
pAg = -log(2,71 x 10-7) = 6,57
Saat titik ekivalen
Semua Cl- bereaksi dengan Ag+ dan tidak ada Ag+ yang berlebih. Yang ada adalah endapan AgCl, hingga larutan merupakan larutan AgCl jenuh.

Ksp = [Ag+][Cl-] = [Ag+]2
[Ag+] = √Ksp
= √(1,82 x 10-10) = 1,35 x 10-5
pAg = - log(1,35 x 10-5)
= 4,87

Tidak ada komentar:

Posting Komentar